Harga salah satu
komoditi andalan Sulut yakni kopra belakangan terus menunjukkan
kecenderungan anjlok. Padahal, usaha kopra ini juga menjadi salah satu
mata pencaharian dari banyak masyarakat di Kabupaten Minahasa Tenggara
(Mitra). Tak pelak, sejumlah petani kopra kian nyaring menjerit atas hal
ini.
Sebagaimana informasi yang berhasil
dirangkum harian ini, harga kopra curah saat ini ada di bawah angka Rp 4
ribu per kilogram (kg) yakni rata-rata Rp 3.600 sampai Rp 3.700 per kg.
Harga yang berlaku ini tentu tak mampu menutup ongkos produksi.
Buang Mokoagow dan Alex Jangin, keduanya
petani kopra asal Pusomaen menuturkan, harga yang berlu tersebut sangat
jauh dari biaya produksi yang harus mereka keluarkan. “Persoalannya
kita masih harus mengeluarkan ongkos untuk biaya sewa buruh pemerik
kelapa kemudian juga sewa untuk pengasapan (fufu). Sekarang biaya sewa
buruh sudah sangat tinggi. Jadi memang dengan harga saat ini kita
nombok,” kata keduanya. Idealnya, ungkap Jangin, harga kopra paling
tidak harus berada di angka Rp 5 ribu per kilogramnya. “Itu baru ongkos
produksi bisa tertutupi dan bahkan ada sisa meski hanya sedikit. Kalau
dengan harga sekarang, jangankan ada sisa untuk membayar buruh saja tak
cukup,” tandasnya.
Hal senada disampaikan tokoh masyarakat
Passan, Robby Lumbu ST. “Informasi terakhir yang kami pantau harga kopra
ada di angka Rp 3 ribuan lebih. Ini tentu sangat merugikan petani,”
tukasnya. Menurutnya, pemerintah harus turun tangan anjloknya harga
kopra ini, karena disinyalir tak terlepas dari ‘permainan’ pedagang
pengumpul termasuk juga pengusaha.(http://www.harian-komentar.com)
0 komentar:
Posting Komentar