KUTIPAN KATA-KATA “MUTIARA” STATEMENT POLITIK DARI PELAKU POLITIK,
PENGAMAT POLITIK, DAN MEDIA YANG MEMPUNYAI BOBOT UNTUK LAYAK DISIMAK.
Semoga menjadi bahan inspirasi dan pelajaran berharga untuk dijadikan refrensi dalam kehidupan sehari-hari.
Masukan dan tanggapan dari pembaca blog ini sangat saya harapakan,
inilah kutipan-kutipan yang masuk dalam pikiran saya dan saya sampaikan
kepada anda :
1. ANTARA KETEGASAN DAN PERTIMBANGAN
“Ragu-ragunya atas dasar mempertimbangkan
secara matang sehingga keputusannya lama, itu lain soal. Tetapi secara
psikologis, publik ingin respon cepat dari pemimpinnya. Dengan begitu,
publik punya sandaran, merasa tentram dan aman,” jelas Sukardi. (Dikutip dari berita detik.com)
2. KAPASITAS & POPULARITAS
Menurut Mochtar, kapasitas yang dibutuhkan
oleh para caleg adalah penguasaan politik dan kemampuan untuk memegang
amanah publik. “Selebritis itu kan hanya keterkenalan,” ujarnya. (Suber klik disini).
3. Lobi Politik
Politik tetaplah politik. Dalam politik
tidak mengenal kebenaran yang benar dan kesalahan yang salah. Semuanya
perlu ‘diperjuangkan’ agar yang benar menjadi benar, dan kesalahan bisa
‘disiasati’ supaya ‘dibenarkan.’
Itu pentingnya lobi. Di tingkat lobi
berbagai kepentingan dirundingkan. Dari barter perkara sampai filosofi
jer basuki mawa bea. Itu esensi penegasan Lord Acton, bahwa kekuasaan
itu cenderung korup. Sebagai political cost. (Sumber Klik disini).
4. Oposisi Kredibel
“Oposisi yang berarti di tingkat massa
kekuatan oposisi harus lebih kredibel dibanding pemerintah di mata
pemilih. Termasuk tokoh-tokoh utama di balik oposisi itu. Bila tidak,
oposisi tidak akan memiliki nilai politik yang berarti di mata
pemilih,” paparnya.
Lebih lanjut Dodi menuturkan, oposisi yang
digerakkan kekuatan partai yang kurang kredibel di mata pemilih
cenderung membunuh eksistensi oposisi.
“Kalau kekuatan partai atau tokoh partainya kurang kredibel, ya pasti
kurang diperhatikan pemilih. Makanya yang kita butuhkan oposisi yang
kredibel bukan asal oposisi,” tandas Dodi.
5. Perlu tidaknya anggota KPU dari Parpol
Mengutip teori Nash Equilibrium, Budiman
mengatakan saat setiap orang yang setara berebut ingin mendapat sesuatu,
tak satupun mereka mendapatkan sesuatu itu. Tidak adanya pengawasan di
internal KPU, kata Budiman, justru memberi kesempatan kepada kekuasaan
untuk mengintervensi lembaga itu.
“Jika wakil-wakil partai di KPU dianggap berpotensi memanfaatkan KPU
untuk kepentingan politik mereka, maka tak satu pun dari mereka bisa
melakukan itu, karena pasti yang lain akan mengawasinya,” kata Budiman
tentang usulan partainya itu. (Sumber klik disini)
0 komentar:
Posting Komentar