Naskah di bawah ini adalah tulisan
rintisan untuk maksud penulisan buku dengan judul yang sama. Anda
diperkenankan mengutip/menyalin tulisan ini dengan memperhatikan hak
cipta, demi hormat dan kemuliaan Bangsa Minahasa.



Dalam
sejarah bangsa Minahasa, kaum perempuannya memiliki prestasi yang tidak
bisa diabaikan. Beberapa kali wanita-wanitanya menjadi tonggak suatu
sejarah. Pada masa legenda dahulu ada sejumlah wanitanya yang menjadi
pahlawan seperti Lumimuut dan Karema sendiri, Pingkan Tiwow dari Buyungon, Pingkan Mogogunoi dari Tanawangko, Ratu Oki dari Tombatu, Woki Konda dari Pasan-Ratahan, dan lain sebagainya.
Pada era sekarang ini dapat kita catat prestasi sejumlah wanita Minahasa tersebut. Mereka adalah Wilhelmina Warokka (Mien) – seorang guru wanita pertama di Meisjesschool Tomohon, Ny. Maria Y. Walanda-Maramis – seorang pemerhati status sosial kaum wanita Minahasa, Wulankajes Rachel Wilhelmina Ratulangi (kakak Dr. Sam Ratulangi dan istri Mayoor A.H.D. Supit) – wanita Indonesia pertama yang merebut ijasah K.E. (Kleinambtenaar) tahun 1898, Wulan Ratulangi (kakak kedua Dr. Sam Ratulangi) – wanita Indonesia pertama yang berhasil memperoleh ijasah Hulpacte tahun 1912, Nona Marie Doodoh – orang Indonesia pertama yang lulus Europeesche Hoofdacte, Stientje Ticoalu-Adam – pembicara dalam Kongres Pemuda Indonesia tahun 1926 dan 1928, Johana Masdani-Tumbuan – pembaca teks Sumpah Pemuda dalam Kongres Pemuda tahun 1928, Ny. S.K. Pandean – singa betina dari Minahasa, Dr. Marie Thomas – dokter wanita pertama Indonesia lulusan STOVIA tahun 1922, Dr. Anna Warouw – dokter wanita ketiga Indonesia lulusan STOVIA tahun 1924, Dr. Dee M.A. Weydemuller – dokter wanita kedua Indonesia lulusan NIAS Surabaya 1924, Prof. Dr. Annie Abbas-Manoppo – sarjana hukum wanita pertama Indonesia lulusan HKS Batavia tahun 1934 juga guru besar wanita pertama Indonesia, Ny. A. M. Tine Waworoentoe (anak A.L. Waworuntu) – walikota wanita pertama Indonesia tahun 1950, Antonetee Waroh – anggota parelemen wanita pertama di Indonesia Timur, Dr. Agustina/Zus Ratulangi (anak Dr. Sam Ratulangi) – anggota parlemen wanita & termuda di Indonesia, Pdt. Tine Lumentut
– dianggap sebagai wanita pertama di dunia yang memgang jabatan
setingkat Uskup Agung dalam kapasitasnya sebagai Ketua Sinode GKST
(setingkat Uskup Agung). Selain itu kita mengenal Marianne Katoppo, STh, sastrawan wanita Indonesia, Vonny Anneke Panambunan – wanita yang menjadi Bupati Minahasa Utara sejak tahun 2005, Linneke Sjenny Watoelangkow – wanita yang menjadi Wakil Walikota Tomohon sejak tahun 2005.
Wilhelmina Warokka (Mien)
Nama : Wilhelmina Jacomina Warokka
Nama populer : Mien
Lahir :
Meninggal :
Keluarga:
Ayah : Henrik Alanos Warokka
Nama populer : Mien
Lahir :
Meninggal :
Keluarga:
Ayah : Henrik Alanos Warokka
Ibu : Jacoba Tumangken
Suami : E.W.J. Waworuntu (Pius)
Saudara:
Suami : E.W.J. Waworuntu (Pius)
Saudara:
- Kakak:
- Willem Henri Warokka
- Calasina Justina Warokka
- Adeleida Adriana Warokka
- Johanna Carolina Estevina Warokka
- Lambertus Alanos Warokka
- Martha Adeleida Warokka
- Martje Warokka
- Alexander Frederik Daniel Warokka
- Maria Bokky Warokka
Anak : 8 anak
WAROKKA,
Wilhelmina ‘Mien’WAWORUNTU-, Putri Kepala Distrik Kawangkoan Mayoor
H.A. Warokka. Sekolah di Sekolah Nona (Meisjesschool) Tomohon, dan lulus
1886, langsung diangkat menjadi guru wanita pertama. Menikah usia 15
tahun dengan Exaverius Walewangko ‘Pius’ Waworuntu yang belakangan
menjadi Kepala Distrik Sonder. Ibu 8 anak (2 putri menjadi guru, ada
hukum kedua di Manado, dan seorang menjadi walikota Manado)
guru wanita pertama di Meisjesschool Tomohon, dan memberinya 8 anak (2 putri menjadi guru, ada hukum kedua di Manado, dan seorang menjadi walikota Manado).
Louwerier
pada tanggal 1 November 1881 mensponsori pembukaan Meisjesschool
(Sekolah Nona) di Kuranga. Sekolahnya berbahasa Belanda, dengan para
murid merupakan anak-anak perempuan tokoh masyarakat dan pemerintahan.
Lalu sebagai imbangannya didirikan HIS Jongenschool di Talete (untuk
asrama dan rumah direktur) dan persekolahan di Paslaten disamping gereja
besar.
Sebagai
kepala sekolah Meisjesschool adalah Gysbertha C. Krook dengan murid
pertama 33 orang. Sekolah ini kelak digabung dengan Jongenschool menjadi
Louwerierschool yang terkenal.
Tomohon di masanya jadi pusat kegiatan Indische Kerk dengan adanya STOVIL dan Sekolah Nona, selain pusat kegiatan NZG yang masih mempertahankan Kweekschool voor onderwijzers en voorangers di Kuranga serta sekolah-sekolah lain.
Disamping
Wilken dan Louwerier, sejumlah zendeling yang banyak membantu
usaha-usaha mengkristenkan penduduk Tomohon dan banyak menghasilkan
tenaga-tenaga cendekia pertama, dalam jabatan mereka sebagai Direktur
Kweekschool Kuranga, adalah H.C. Kruyt (1886-1889, yang kelak ke Batak),
A. Hulstra (1889-1890), J.H. Riebenk Rooker (1890-1926), H. Berends ten
Kate (1926-1927) dan Jan Mulder (1927-1930).
Selain itu ada Pendeta H.J. Moens yang bertugas tahun 1895-1896, lalu Zendeling A. Limburg yang tahun 1893 jadi Kepala Jongenschool dan sejak 1895 selaku Kepala Meisjesschool.
Untuk itu di tahun 1881, dibuka sekolah wanita Meissjeschool, atau sekolah Nona, di Kuranga, khusus untuk anak-anak wanita dari orang terkemuka, dipimpin kepala sekolah Gysbertha C. Krook.
Awalnya sekolah ini memakai gedung Sekolah Guru ketika sempat ditutup, lalu dipindah ke Kaaten. Sekolah tersebut merupa-kan SD 6 tahun berbahasa Belanda, lengkap dengan asrama, sebagai imbangan dari Sekolah Raja (Hoofdenschool) yang dibentuk pemerintah Belanda di Tondano. Gijsberta Krook memimpin hingga meninggal dunia tahun 1886 dalam usia 36 tahun dan dikuburkan di Talete I. Kepala sekolah Meisjesschool terkenal lainnya sejak tahun 1895 adalah A. Limburg.
Sekolah Nona yang terkenal di Kaaten.
Hingga sebelum Perang Dunia ke-2, di Tomohon terdapat sebuah sekolah taman kanak-kanak (Frobel, kini TK ‘Sion’) di Paslaten, yang berdiri sejak bulan November 1935.
Pelajar Sekolah Nona (Meissjesschool) bergerak jalan.
Sementara untuk pengajaran rendah (Lager onderwjs), terdapat sekolah-sekolah dasar berbahasa Melayu. Seperti Volkschool, Inlands 2e kl. dan Vervolgschool.
Sekolah Zending yang berbahasa Melayu, kebanyakan dibangun oleh NZG.
Sekolah ini disediakan bagi anak-anak rakyat kebanyakan. Ada SD 3 tahun,
5 tahun dan 6 tahun. Seperti Sekolah berbahasa Melayu milik NZG yang
terkenal dengan julukan Sekolah Undap (L. Undap) di Kamasi (kini
kompleks asrama RSU Bethesda), dan lain-lainnya.
Sekolah Rak-yat yang didirikan pemerintah Belanda di Tomohon, antara lain: Sekolah Kelas 2 (Tweede Inland-sche School) 5 tahun, milik Gubernemen Nomor 1 di Paslaten (II kini). Untuk Nomor 2-nya di SDN II Matani III kini. Sekolah Kelas I (Eerste Inlandsche Sch-ool) hanya terdapat di Manado.
Pelajar Sekolah Nona tahun 1935.
Ny. Maria Y. Walanda-Maramis
(1872-1924)
Pahlawan Nasional Indonesia
Maria Walanda-Maramis dilahirkan di Kema pada tanggal 1 Desember 1872 dari keluarga Maramis-Rotinsulu. Ia mempunyai dua orang kakak, masing-masing Altje Maramis dan Andries Maramis (ayah Mr. A.A. Maramis).
Stien Adam
Johana Masdani-Tumbuan(1910-2006)
Johanna Masdani (1910-2006)Bangsa Indonesia yang Sebenarnya
Ny. Maria Y. Walanda-Maramis
Ny. Maria Y. Walanda-Maramis
(1872-1924)
Pahlawan Nasional Indonesia
Nama : Maria Josephine Chatarine Maramis
Nama populer : Ny. Maria Walanda-Maramis / Noni
Lahir : Kema, 1 Desember 1872
Meninggal : Maumbi, 22 April 1924
Keluarga:
Ayah : Bernardus Maramis
Nama populer : Ny. Maria Walanda-Maramis / Noni
Lahir : Kema, 1 Desember 1872
Meninggal : Maumbi, 22 April 1924
Keluarga:
Ayah : Bernardus Maramis
Ibu : Sarah Rotinsulu
Om : Esau Rotinsulu (Mayoor Tonsea)
- Suami : Joseph Frederick Kalusung Walanda (menikah tahun 1891)
- Anak :
- Wilhelmina Frederika Walanda
- Paul Alexander Walanda
- Anna Pawlona Walanda
- Albertina Pauline Walanda
Pendidikan:
Peranan-Peranan:
- tanggal 8 Juli 1917 mendirikan PIKAT (Percintaan Ibu Kepada Anak Temurunnya)
Maria Walanda-Maramis dan suaminya pada peringatan hari pernikahan mereka.
Maria Walanda-Maramis dilahirkan di Kema pada tanggal 1 Desember 1872 dari keluarga Maramis-Rotinsulu. Ia mempunyai dua orang kakak, masing-masing Altje Maramis dan Andries Maramis (ayah Mr. A.A. Maramis).
Ketika
baru berusia setahun, kedua orang tuanya meinggal dunia karena epidemi.
Ia kemudian diambil oleh omnya yaitu T. Enoch Rotinsulu yang tinggal di
Maumbi. Mereka mengasuh dan mendidik Noni seperti anak kandung mereka.
Kemudian ia disekolahkan di SD Maumbi.
Selama
dalam asuhan keluarga Enoch Rotinsulu, Noni menunjukkan sifat-sifat
sederhana, patuh, rajin dan cakap mengerjakan tugas-tugas yang diberikan
kepadanya seperti merawat rumah, memasak dan tugas lainnya sebagai
wanita. Dalam tingkah lakunya sehari-hari sudah nampak sejak kecil
kehalusan jiwanya, pengetahuan yang luas dan tinggi, berjiwa besar dan
seorang wanita yang mempunyai cita-cita tinggi.
Ibu Maria
menikah di Maumbi dengan orang Tanggari bernama Joseph Frederick
Kalusung Walanda tanggal 22 Oktober 1891. Setelah menikah Ibu Maria
lebih dikenal dengan Ny. Maria Walanda-Maramis. Keduanya dikaruniai 4
orang anak, yaitu 3 orang putri dan seorang putra, masing-masing bernama
Wilhelmina Frederika, Paul Alexander, Anna Pawlona dan Albertina
Pauline.
Dengan
bantuan teman-temannya, Noni Walanda-Maramis mendirikan organisasi
PIKAT, yaitu Percintaan Ibu Kepada Anak Temurunnya, pada tanggal 8 Juli
1917 sebagai langkah pertama untuk mewujudkan cita-citanya.
Melalui PIKAT, berdirilah Huis Houd School
atau Sekolah Rumah Tangga PIKAT pada tahun 1918. Wanita yang diterima
dalam sekolah ini adalah wanita-wanita pribumi (Minahasa, dll) baik dari
golongan tinggi, menengah maupun rendah. Di
sana diberikan pengetahuan tentang pengurusan rumah tangga, memasak,
menjahit, etiket (sopan santun). Melalui lembaga pendidikan ini
kedudukan kaum wanita pribumi Hindia-Belanda di Minahasa makin lama
makin meningkat.
Gubernur Jenderal Hindia Belanda:
tahun 1909-1916 A.W.F. Idenburg (kiri), dan tahun 1916-1921 J.P. graaf Van Limburg Stirum (kanan).
tahun 1909-1916 A.W.F. Idenburg (kiri), dan tahun 1916-1921 J.P. graaf Van Limburg Stirum (kanan).
Maria
Walanda-Maramis meinggal di Rumah Sakit Manado pada tanggal 22 April
1924 dan dikuburkan di Maumbi. Pada detik-detik terakhir mengakhiri
hidupnya, Ibu Walanda-Maramis sempat berpesan kepada suami dan
teman-temannya, “Tolong lanjutkan hidup anakku yang bungsu , yaitu
PIKAT.” Suami dan teman-teman dekatnya yang begitu mengasihinya berjanji
untuk memelihara dan melanjutkan PIKAT dan sekolahnya.
Atas
jasa-jasanya, melalui perjuangan BPP PIKAT dan pimpinan-pimpinan cabang
di Manado, Kepala Inspeksi Sosial Sulut serta restu Gubernur Sulut H.V.
Worang, Noni diusulkan kepada pemerintah untuk ditetapkan sebagai
Pahlawan Nasional Indonesia. Pemerintah RI dengan pertimbangan yang
matang yaitu dengan memperhatikan perjuangannya yang tidak kenal pamrih
dan tidak pernah padam demi kemajuan wanita dalam penindasan, menetapkan
Maria Walanda-Maramis pada tanggal 20 Mei 1969 sebagai Pahlawan
Kemerdekaan Indonesia (Pahlawan Nasional Indonesia), sejajar dengan
pahlawan-pahlawan wanita lainnya di Indonesia.
Stien Adam
Nama :Nama populer :
Lahir :
Meninggal :
Keluarga:
Lahir :
Meninggal :
Keluarga:
- Ayah :
- Ibu :
- Suami : Ticoalu
- Anak :
ADAM,
Mr. Sientje ‘Stien’ TICOALU-, Tokoh wanita. Aktivis pemuda Minahasa di
tahun 1920-an. Menghadiri dan menjadi salah satu pimpinan Kongres Pemuda
yang lahirkan Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928.
Johana Masdani-Tumbuan
Johana Masdani-Tumbuan(1910-2006)
Nama : Johana Tumbuan
Nama populer : Johana Masdani-Tumbuan / Jo
Lahir : Amurang, 29 November 1910
Meninggal : Jakarta, 13 Mei 2006
Keluarga:
- Ayah :
- Ibu :
- Suami : Masdani
- Anak :
TokohIndonesia.com:
Nama : Johanna Masdani Tumbuan
Lahir : Amurang, Sulawesi Utara, 29 November 1910
Meninggal : Jakarta, 13 Mei 2006
Suami : Masdani
Lahir : Amurang, Sulawesi Utara, 29 November 1910
Meninggal : Jakarta, 13 Mei 2006
Suami : Masdani
Pendidikan:
- Christelijke MULO di Jakarta
- Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1961
- Christelijke MULO di Jakarta
- Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1961
Aktivitas:
- Jong Indonesia
- Palang Merah Indonesia
- Pembimbing Pandu Rakyat Indonesia
- Pemuda Puteri Indonesia
- Pelaku sejarah rapat Sumpah Pemuda
- Saksi sejarah detik-detik proklamasi
- Pelopor Pejuang Puteri dengan pangkat Letnan I non-NRP
- Jong Indonesia
- Palang Merah Indonesia
- Pembimbing Pandu Rakyat Indonesia
- Pemuda Puteri Indonesia
- Pelaku sejarah rapat Sumpah Pemuda
- Saksi sejarah detik-detik proklamasi
- Pelopor Pejuang Puteri dengan pangkat Letnan I non-NRP
-
Penghargaan,al:
- Medali Sewindu Angkatan Perang Republik Indonesia
- Bintang Gerilya
- Satya Lencana Penegak
- Bintang Mahaputra Utama 1998
- Medali Sewindu Angkatan Perang Republik Indonesia
- Bintang Gerilya
- Satya Lencana Penegak
- Bintang Mahaputra Utama 1998
Alamat Keluarga:
Jalan Menteng Raya 25, Jakarta Jakarta Pusat
Jalan Menteng Raya 25, Jakarta Jakarta Pusat
Johanna Masdani (1910-2006)Bangsa Indonesia yang Sebenarnya
“Saya
menjadi bangsa Indonesia dalam arti kata yang sebenarnya,” kata Jos,
panggilan akrab Johanna Masdani, saat ikut aktif dan terlibat dalam
perkumpulan pemuda Indonesia di Gedung Indonesisch Clubhuis. Puteri
bangsa kelahiran Amurang, Sulawesi Utara, 29 November 1910, ini
berpulang Sabtu, 13 Mei 2006, dalam usianya yang 95 tahun. Jenazahnya
disemayamkan di rumah duka di Jalan Menteng Raya 25, Jakarta. Dimakamkan
di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Senin (15/5).
Gedung
Indonesisch Clubhuis tersebut saat ini dikenal sebagai Gedung Sumpah
Pemuda. Sebagaimana ditulis dalam buku Apa dan Siapa 1985-1986, yang
diterbitkan majalah TEMPO pada 1986, berawal di gedung itulah siswa
Christelijke MULO di Jakarta itu memulai keterlibatannya pada pergerakan
Indonesia.
Di
sana ia bertemu dengan tokoh-tokoh kala itu, seperti Moh Yamin, Dr
Rusmali, Mr Asaat juga dengan Masdani—mahasiswa kedokteran Stovia—yang
kemudian mempersuntingnya.
Dari
Masdani, yang wafat pada Oktober 1967, itu Jos banyak belajar tentang
keberpihakan kepada rakyat dan Indonesia. Jos yang lahir pada 29
November 1910 di Amurang, Sulawesi Utara, dan berasal dari keluarga yang
berada memutuskan menjadi guru di Perguruan Rakyat, Gang Kenari,
Jakarta setelah semua bantuan dari orangtuanya diputus hanya karena ia
memulai perjuangannya.
Dalam
buku Apa dan Siapa tersebut disebutkan, Jos pernah menjadi stenotypist
pada Departemen van Financien sambil terus aktif dalam Jong Indonesia.
Lulus dari Fakultas Psikologi Universitas Indonesia pada 1961, ia
kemudian mengajar di almamaternya itu.
Semasa
pergerakan, ia aktif dalam Palang Merah Indonesia, menjadi pembimbing
Pandu Rakyat Indonesia serta menjadi aktivis sosial Pemuda Puteri
Indonesia. Ia dikenal juga sebagai salah satu pelaku sejarah rapat
Sumpah Pemuda dan menjadi saksi sejarah detik-detik proklamasi. Ia pun
menjadi Pelopor Pejuang Puteri dengan pangkat Letnan I non-NRP.
Dari
Menteri Pertahanan Keamanan Ali Sastroamidjojo, ia memperoleh Medali
Sewindu Angkatan Perang Republik Indonesia. Itu adalah satu dari delapan
penghargaan yang diperolehnya dari Pemerintah Indonesia. Terakhir ia
memperoleh Bintang Mahaputra Utama dari Presiden BJ Habibie tahun 1998.
Semasa Soekarno, ia memperoleh Bintang Gerilya dan Satya Lencana Penegak
dari Presiden Soeharto. (Kompas, 14 Mei 2006). ► e-ti/crs
Wikipedia.org:
Johanna
Masdani (lahir 29 November 1910 di Amurang, Sulawesi Utara, meninggal
13 Mei 2006 di Jakarta), adalah seorang pahlawan perintis kemerdekaan
Indonesia. Ia dilahirkan dengan nama Johanna Tumbuan. Sebagai aktivis
pemuda-pemudi menjelang kemerdekaan, Johanna banyak berjumpa dengan
tokoh-tokoh lain, seperti Mohammad Yamin, Dr. Rusmali, Mr. Assaat, dll.
Ia pun bertemu dengan Masdani, juga seorang tokoh pergerakan yang
kemudian melamarnya untuk dijadikan istri. Masdani telah meninggal
mendahuluinya pada Oktober 1967.
Saksi sejarah
Johanna
termasuk di antara 71 pemuda yang hadir dalam Kongres Pemuda Kedua,
Oktober 1928 dan turut serta mengikrarkan Sumpah Pemuda yang berlangsung
di sebuah gedung yang terletak di Jalan Kramat Raya no. 106 Jakarta
Pusat.
Selain
itu, Jo -- demikian ia biasa dipanggil -- juga menjadi seorang saksi
sejarah detik-detik Proklamasi Indonesia yang dilakukan oleh Bung Karno
dan Bung Hatta ada 17 Agustus 1945. Ia juga ikut serta menyusun konsep
pembangunan Tugu Proklamasi yang sederhana di depan rumah Bung Karno di
Jl. Pegangsaan Timur (kini Jl. Proklamasi) no. 56, Jakarta. Tugu ini
kemudian dibongkar oleh Bung Karno, namun dibangun kembali pada tahun
1980-an.
Perjuangan
Jo
juga pernah menjadi guru di Perguruan Rakyat di Gang Kenari, Jakarta,
saat bantuan dari orangtuanya di kampung halaman terhenti. Ia juga aktif
dalam Palang Merah Indonesia, menjadi pembimbing Pandu Rakyat
Indonesia, serta menjadi aktivis sosial Pemuda Puteri Indonesia.
Dalam
catatannya pada tahun 1945 hingga 1949, Jo pernah menulis, “Roda
revolusi Indonesia tidak dapat berjalan tanpa wanita. Demi kemerdekaan
sampai titik darah penghabisan Merdeka atau Mati, tanpa pamrih membela
bangsa dan negara tanah air Indonesia tercinta.”
Di
alam kemerdekaan, Jo menjadi mahasiswa psikologi di Fakultas Psikologi
Universitas Indonesia. Setelah lulus dari alma maternya, Jo mengabdikan
diri sebagai dosen psikiatri sejak 1961. Pada tahun 1970-an, ia sempat pula mengambil pendidikan lanjutan di Amerika Serikat dan Inggris.
Penghargaan
Hampir
sama seperti suaminya, Jo banyak mendapat penghargaan dari Pemerintah
Republik Indonesia. Pada 1953 ia memperoleh medali Sewindu Angkatan
Perang Republik Indonesia dari Menteri Pertahanan Keamanan Ali
Sastroamidjojo. Pada 1958 ia mendapat Bintang Satya Gerilya dari
Presiden Soekarno. Pada tahun 1967 semasa Presiden Soeharto, ia mendapat
Bintang Satya Lencana Penegak. Ia dianugerahi Bintang Mahaputera Utama
pada tahun 1998 dari Presiden B.J. Habibie. Secara keseluruhan, Jo
mendapat delapan bintang dari Pemerintah RI.
Jo dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan, pada 15 Mei 2006.
Related Articel:
Sejarah
- Sebagian Petuah & Rahasia kaum Tountemboan
- Peranan Kawanua/Tou Minahasa dalam Perang Kemerdekaan RI
- Personalia Kawanua (Tou Minahasa) dlm Kabinet RI 1945-2014
- Luas Tanah Adat Minahasa
- Bahasa Daerah Minahasa
- Partai Politik Lokal Minahasa
- APA MINAHASA, TOU MINAHASA & Tanah Adat MINAHASA itu?
- SIAPA BANGSA MINAHASA ITU?
- Manguni versus Merpati: Tanggapan terhadap Polemik Logo Kabupaten Minahasa Tenggara
- Kongres/Musyawarah Watu Pinawetengan
- 10 orang jenius di indonesia yang membuat sejarah baru di dunia
- Jokowi Tokoh Terpopuler di Google
- Mengenang Pergolakan Permesta di Minahasa
- NOSTALGIA MENTERI ASAL MINAHASA
- Resensi buku : Inilah Pintu Gerbang Pengatahuwan Itu (Hhikajatnja Tuwah Tanah Minahasa) oleh J.G.F. Riedel diterbitkan di Batavia tahun 1862.
- GMIM MASA PERGOLAKAN PERMESTA
- Puisi dari John F Malonda
- TERJEMAHAN VERBOND 10 JANUARI 1679
- Beberapa Upacara Adat Suku Minahasa
- Batu Lesung Desa Kali Minahasa Tenggara
- Waruga (Minahasa, Sulawesi Utara)
- Sejarah Perkembangan Komputer
- Sejarah Mouse
- Sejarah Internet
luar biasa, kalau dilihat sejarah diatas. pertanyaan sekarang adalah bagaimana peran wanita minahasa dalam pembangunan indonesia?? apakah mereka tahu bahwa perempuan-perempuan Minahasa itu luar biasa?? mereka adalah pemimpin-pemimpin yang tangguh. tapi sekarang jujur saja kebanyakan dari perempuan Minahasa yang berpendidikan tinggi hanya menjadi ekor, dalam arti tidak mengenal dan tidak mempunyai impian yg lebih tinggi lagi. contohnya saja cuma mau menjadi istri-istri pejabat-pejabat kaya.. buat perempuan-perempuan Minahasa wajib baca sejarah ini. sangat sedikit sekali bahkan ada yg tidak tau sama sekali tentang hal ini.
BalasHapusKenapa Dr. Marie E. Thomas, Dr. Anna Karamaoy Warouw, dll. tidak ada dalam Wikipedia Daftar Tokoh Sulawesi Utara?
BalasHapus