Yang patut dicatat dua peristiwa besar yang turut menandai kebangkitan Minahasalogi di era 1980-an, yaitu:
- Pelaksanaan Seminar Penentuan Hari Jadi Daerah Minahasa di Tondano, 24-27 Mei 1982
- Seminar dalam rangka perayaan Yubileum 50 tahun GMIM Bersinode di Manado, 8-10 Oktober 1984.
Selain
menjadi ajang temu wicara para pakar, kedua acara ini juga meninggalkan
banyak monografi yang sangat bermanfaat bagi studi ke-Minahasaan.
Sayangnya, hanya materi-materi seminar di Tondano yang didokumentasikan
sebagai satu kumpulan “Materi Penunjang”, sedangkan bahan-bahan seminar
di Manado harus dicari pada koleksi-koleksi pribadi.
Kalau
di seminar di Tondano ada pemakalah seperti H.M. Taulu dan Noldy Ch.
Kumaunang, dari seminar di Manado ada nama-nama seperti E.K.M.
Masinambow, O.E.Ch. Wuwungan dan Jan van Paassen.
Juga
karya-karya lepas tokoh-tokoh ini perlu didata dan diarsipkan dengan
baik, karena merupakan bagian dari kekayaan studi Minahasalogi.
Sebagaimana
diketahui, sebagai hasil “politis” dari seminar penentuan hari jadi
daerah Minahasa itu, ditetapkanlah tanggal 5 November 1428 sebagai hari
jadi Minahasa. Sehingga, tepat pada tanggal 5 November 1983, HUT
Minahasa ke-555 dirayakan secara meriah.
Penentuan tanggal 5 November mempunyai arti simbolis dan merujuk pada tanggal wafatnya lahirnya(¹)
Oom Sam Ratulangi. Tetapi mengapa tahun 1428 yang ditetapkan, sampai
sekarang belum jelas benar alasannya. Mungkin para pelaku sejarah yang
terlibat pada waktu itu boleh membantu dalam menjawab pertanyaan terbuka
ini. Yang pasti, antara proses seminar dan hasil “politis” penentuan
hari jadi itu ada kesenjangan historis dan analitis yang masih perlu
dijembatani.
0 komentar:
Posting Komentar