Pihak
BlackBerry (BB) telah mengeluarkan pernyataan bahwa meletakkan
smartphone itu di kantong bisa membahayakan kesehatan. Menurut buku
panduan penggunaan BB, khususnya edisi Torch, disebutkan bahwa sebaiknya
BB digunakan dengan sarungnya atau ditaruh di kantong lain yang
terlepas dari pakaian. Setidaknya, ada jarak 25 mm antara BB dan tubuh
ketika ponsel itu melakukan transmisi. BB yang ditaruh terlalu dekat
dengan tubuh, terkecuali yang telah dipakaikan sarung resmi dari RIM,
bisa menyebabkan gadget itu mengeluarkan frekuensi radio yang berlebihan
dari ukuran standar. Panduan itu juga menyebut dalam jangka panjang,
bila selalu terpapar BB secara dekat , akan menyebabkan masalah serius
pada kesehatan. Ponsel seperti blackberry juga mendatangkan masalah.
Menurut pakar kesehatan, ponsel cerdas ini tidak hanya mengganggu
kesehatan fisik tetapi juga mental.
Menurut
studi dari Rutgers University, blackberry sangat memicu ketergantungan
sehingga membuat pengguna memerlukan terapi setara dengan terapi
ketergantungan obat-obatan. Dengan kemampuan tetap terhubung selama 24
jam sehari tujuh hari seminggu, blackberry dan perangkat serupa memicu
ketergantungan internet dan e-mail. Menurut peneliti, kondisi
tersebut mempunyai efek buruk terhadap kesehatan mental. Apa yang
membuat ketergantungan? Pesan atau e-mail yang langsung bisa diakses
melalui blackberry, terang peneliti, membuat tidak bisa lama-lama
meninggalkan blackberry. Dalam keadaan seperti itu secara tidak sadar
selalu membuka blackberry, berharap menemukan pesan atau e-mail yang
menyenangkan.
Bukan
rahasia lagi bahwa kurang tidur berkualitas mempunyai efek buruk
terhadap kesehatan mental. Padahal, mendapatkan tidur yang bagus tidak
semudah yang Anda bayangkan. Dan kemampuan untuk memejamkan mata
semakin rumit dengan hadirnya blackberry. Serangkain percobaan
menunjukkan bahwa mengirim pesan atau chatting melalui ponsel sebelum
jam tidur bisa mengganggu pola tidur, memicu insomnia, sakit kepala dan
kesulitan konsentrasi. Yang lebih mengkhawatirkan lagi, hasil studi
awal dari Uppsala University di Swedia menunjukkan bahwa radiasi
sedikit saja dari ponsel bisa mengganggu tidur. Sebuah penelitian yang
didanai perusahaan-perusahan ponsel mengidikasikan bahwa radiasi
dari handset dapat menimbulkan sejumlah gangguan seperti insomnia, sakit
kepala dan pusing-pusing. Radiasi juga dapat menurunkan durasi tidur
lelap sehingga mengganggu kemampuan tubuh untuk memulihkan diri.
Ponsel
khususnya blackberry dapat memicu kecemasan. Tidak bisa disangkal bahwa
blackberry merupakan perangkat revolusioner. Gadget kecil ini bisa
memenuhi semua kebutuhan komunikasi Anda. Tapi jika perangkat yang sama
juga menyebabkan ketergantungan, merusak konsentrasi dan mengganggu
tidur, tentunya blackberry juga akan membuat stress. Tingkat stress
lebih parah jika Anda sangat bergantung terhadap blackberry dalam
mengerjakan tugas sehari-hari.
Radiasi terhadap Otak
Radiasi
ponsel telah lama dikaitkan dengan berbagai gangguan fungsi otak atau
susunan saraf pusat. Gangguan ke otak tersebut meliputi mulai dari
tumor hingga insomnia. Meskipun temuan studi masih bertentangan, bukti
mulai menunjukkan adanya peningkatan risiko tumor otak di kalangan
pengguna ponsel.
Para
peneliti di National Radiology Protection Board, Inggris, mengatakan,
radiasi elektromagnetik yang dihasilkan dari telepon gengam dapat
merusak DNA dan mengakibatkan tumor otak. Orangtua seharusnya tidak
memberikan telepon genggam pada anak-anak yang berusia 8 tahun atau di
bawahnya sebagai tindakan pencegahan gangguan radiasi dari alat-alat
tersebut. “Ketika menggunakan telepon genggam, 70-80 persen energi
radiasi yang dipancarkan dari antena telepon itu diserap oleh kepala.
Bahkan, beberapa penelitian menunjukkan, potensi dampak negatif dari
penyerapan radiasi jangka panjang yang dipancarkan oleh telepon
genggam. Sayangnya, hanya sedikit penelitian yang memfokuskan pada
anak-anak,” ungkap Prof Henry Lai dari University of Washington, AS,
seperti dikutip web MD Health.
Prof Henry
mengatakan, efek radiasi pada anak-anak sangat mengkhawatirkan karena
otak yang masih berkembang sangat mungkin terkena radiasi. Tumor otak
biasanya berkembang selama 30 sampai 40 tahun. Anak-anak yang
menggunakan telepon genggam sejak remaja akan mempunyai periode waktu
yang lebih panjang sebelum terlihat dampaknya. “Kita tidak tahu apakah
anak-anak lebih mudah terkena radiasi,” katanya sambil menyarankan
agar orang-orang menggunakan headset guna menjauhkan antena dari
kepala.
Para ahli
dari Karolinska Institute di Swedia dan Wayne State University di
Amerika Serikat yang melakukan riset tentang radiasi ini dengan
dukungan dana dari Mobile Manufacturers Forum. Para ahli
melibatkan sebanyak 35 pria dan 36 wanita berusia18 hingga 45
sebagai partisipan dalam penelitian. Selama riset, beberapa partisipan
dikondisikan untuk mendapatkan efek radiasi yang setara
dengan jumlah yang diterima ketika seseorang menggunakan ponsel.
Beberapa partisipan lain juga harus menjalani kondisi serupa, namun
tanpa diberi efek radiasi. Setelah simulasi tersebut terungkap
bahwa partisipan yang diberikan efek radiasi membutuhkan waktu yang
lebih lama untuk masuk ke tahap pertama dari beberapa tingkatan
tidur nyenyak (deep sleep). Partisipan ini juga menghabiskan
waktu sebentar saja pada tahap tidur paling dalam. “Riset
mengindikasikan bahwa dengan pemberian efek radiasi di
laboratorium menggunakan sinyal wireless 884 MHz penting
artinya komponen tidur untuk dapat memulihkan diri dari pengaruh buruk
akibat pemakaian sehari-hari,” ungkap peneliti dalam kesimpulannya.
Salah satu peneliti, Profesor Bengt Arnetz, mengatakan “Riset ini
mengindikasikan dengan kuat bahwa penggunaan ponsel berhubungan
dengan perubahan khusus pada bagian otak yang berfungsi mengaktifkan dan
mengkoordinasikan sitem stres. Teori lainnya yang muncul
adalah adalah radiasi dapat mengganggu produksi hormon melatonin,
yang berfungsi mengatur ritme tubuh secara internal. Dari riset ini
pun terungkap bahwa setengah dari total partisipan mengalami gangguan
yang disebut elektrosensitif. Mereka mengalami beberapa gejala
seperti sakit kepala, gangguan fungsi kognitif akibat
penggunaan ponsel. “Bukti-bukti sekarang semakin menguatkan bahwa
kita seharusnya menangani masalah ini dengan cara yang sifatnya
mencegah. Riset ini menganjurkan jika Anda memang harus menelepon di
malam hari, akan lebih baik menggunakan telepon kabel, dan jangan
simpan ponsel Anda di meja dekat tempat tidur,” ungkap Alasdair
Philips direktur Powerwatch, yang meneliti dampak bidang
elektromagnet terhadap kesehatan.
Mike
Dolan, direktur eksekutif Mobile Operators Association, justru
menilai hasil riset ini tidak konsisten dengan hasil penelitian
lainnya. ”Ini hanyalah sedikit bagian saja dari teka-teki ilmiah yang
sangat besar. Ini hanyalah efek yang sangat kecil, seorang
peneliti cenderung menilainya tidak lebih dari sebuah efek yang timbul
dari secangkir kopi,” ungkapnya.
Sebuah
riset selama enam tahun yang dilakukan UK Mobile Telecommunications
dan Health Research Programme (MTHRP) di Inggris menyimpulkan bahwa
penggunaan ponsel tidak menimbulkan risiko jangka pendek pada otak.
Namun begitu, para peneliti mengatakan mereka tidak mengesampingkan
adanya kemungkinan risiko jangka panjang yang dapat menimbulkan
kanker
Kanker Kelenar Getah Bening
Menurut
sebuah penelitian terbaru di Israel, pengaruh radiasi akibat
penggunaan ponsel yang berlebihan berpotensi menyebabkan kanker
kelenjar ludah. ndikasi terbaru akan pengaruh buruk ponsel, terungkap
melalui hasil penelitian yang melibatkan sekitar 500 orang Israel yang
mengidap kanker. Dalam penelitian ini, data penggunaan ponsel para
partisipan dianalisis dan dibandingkan dengan 1.300 pemeriksaan
kesehatan.Dari hasil analisis, partisipan yang biasa memakai ponsel
dengan menempelkannya di satu sisi kepala selama beberapa jam tercatat
50% berisiko lebih besar mengidap kanker kelenjar ludah. Riset
mengenai pengaruh ponsel ini dipublikasikan dalam The American Journal
of Epidemiology.
Penelitian
tentang pengaruh ponsel memang sudah banyak dilakukan dan kebanyakan
selalu memusatkannya pada risiko mengidap penyakit tumor. Dan tak
jarang di antara riset tersebut tidak menemukan hubungan signifikan
antara radiasi ponsel dengan risiko mengidap kanker. Menurut peneliti
di Tel Aviv University, penelitian-penelitian tersebut cenderung
selalu terfokus pada tumor otak, dan seringkali tidak mengujinya untuk
penggunaan jangka panjang. Kanker kelenjar ludah adalah jenis
penyakit dengan prevalensi sangat rendah. Inggris misalnya, dari
230.000 kasus kanker yang ditemukan setiap tahunnya, hanya 550 kasus
saja yang berhubungan dengan jenis yang satu ini.
Dr. Siegal
Sadetzki yang memimpin riset ini mengatakan penggunaan ponsel di
Israel tercatat lebih tinggi ketimbang negara lain di dunia. Fenomena
ini memberikan keuntungan bagi riset karena peneliti dapat memantau
pengaruhnya untuk jangka panjang atau pun dampak kumulatif yang akan
terjadi. “Dibandingkan dengan penelitian lain, jumlah paparan pada
radisi frekuensi radio yang kami pantau di sini lebih tinggi. Jika
Anda mau, Anda akan melihat apa yang terjadi di mana pun lebih cepat
terjadi di Israel,” ungkapnya.
Salah satu
temuan kunci dari penelitian ini adalah penggunaan ponsel yang
tinggi di wilayah pinggiran atau pedesaan ternyata memiliki dampak
risiko lebih tinggi ketimbang di kota. Hal disebabkan fakta bahwa
penggunaan ponsel di area dengan sinyal lemah butuh pancaran radiasi
yang lebih kuat supaya ponsel dapat berfungsi.
Namun Dr
Sadetzki menekankan, satu penelitian saja tidak cukup untuk
membuktikan suatu hubungan sehingga penelitian lanjutan perlu
dilakukan. Meski demikian, hingga bukti-bukti baru ditemukan,
lanjutnya, pendekatan yang bersifat pencegahan tetap merupakan yang
terbaik khususnya dikaitkan dengan penggunaan ponsel pada anak-anak.
Walau
temuan baru dari Israel ini menunjukkan adanya dampak signifikan,
sebuah penelitian terbesar dan terpanjang tentang ponsel lainnya
justru tidak menemukan adanya peningkatan risiko jenis kanker apapun.
Penelitian tersebut melibatkan 420.000 orang di Denmark, yang telah
menggunakan ponsel selama kurang lebih 10 tahun. Dari riset itu
terungkap fakta bahwa kasus kanker ternyata lebih rendah dari yang
diperkirakan untuk ukuran riset sebesar itu. Hal itu juga
mengindikasikan bahwa ponsel tak memiliki dampak pada perkembangan
tumor
Mengganggu Sperma ?
Kaitan penggunaan
ponsel dan kualitas sperma diungkap oleh para ahli melalui riset
pendahuluan di Cleveland Clinic, Amerika
Serikat. Dengan melibatkan 361pasien klinik, peneliti menemukan bahwa
semakin lama pria menggunakan ponsel setiap hari, semakin menurun jumlah
sel sperma dan semakin besar pula prosentase jumlah sperma abnormal.
Temuan
yang dipublikasikan dalam jurnal Fertility and Sterility ini merupakan
fakta lain yang mempertanyakan dampak potensial penggunaan ponsel atau
alat-alat nirkabel terhadap kesehatan. Beberapa riset
sebelumnya kerap menghubungkan radiasi ponsel dengan timbulnya gangguan
kesehatan seperti penyakit susah tidur atau tumor otak. Walau
begitu, ada pula riset lainnya yang tidak menemukan hubungan ponsel
dengan problem kesehatan. Yang menjadi kekhawatiran selama ini
adalah energi gelombang elektromagnetik yang dipancarkan ponsel secara
teoretis dapat mempengaruhi sel-sel tubuh. Apalagi juga digunakan
dalam waktu lama, ponsel dikhawatirkan mengganggu jaringan dengan
cara merusak DNA.
Tetapi
temuan para ahli di Cleveland ini tidak memberikan bukti bahwa
radiasi ponsel dapat merusak sperma. ”Hasil penelitian kami menunjukkan
adanya hubungan yang kuat antara penggunaan ponsel dengan penurunan
kualita semen. Namun begitu, ini tidak membuktikan adanya hubungan sebab
akibat,” ungkap pimpinan riset, Dr Ashok Agarwal. Dalam
penelitiannya, Agarwal beserta tim meneliti sampel semen dari 361 pria
yang mengunjungi klinik infertilitas selama sekitar setahun.
Peneliti juga mengadakan semacam kuisioner kepada seluruh partisipan
untuk menanyakan soal kebiasaan menggunakan ponsel.
Secara
umum, peneliti menemukan bahwa jumlah dan kualitas sel sperma
cenderung menurun seiring meningkatnya jumlah waktu
penggunaan ponsel. Pria yang dalam kuisioner
mengaku menggunakan ponsel rata-rata empat jam sehari tercatat memiliki
rata-rata jumlah sel sperma terendah serta jumlah sel normal/aktif
terendah. “Kami mengasumsikan dari hasil penelitian ini bahwa penggunan
ponsel yang berlebihan berhubungan dengan rendahnya kualitas semen,”
kata Agarwal. Tetapi apakah ponsel dapat secara langsung
mempengaruhi kesuburan pria masih belum jelas.
Agarwal mengatakan, timnya
juga saat ini tengah melakukan dua riset lanjutan
untuk mempertegas asumsi tersebut. Pada riset pertama, peneliti
menyinari sampel semen dengan radiasi elektromagnetik dari ponsel
untuk melihat dan mengetahui dampak apa yang akan terjadi. Sedangkan
pada riset kedua, peneliti akan meneruskan riset awal dengan
melibatkan jumlah pria yang lebih banyak. Menurut Agarwal, riset ini
juga akan memperhitungkan faktor lain yang akan mempengaruhi
seperti gaya hidup (lifestyle) serta risiko yang berhubungan dengan
pekerjaan yang dapat mempengaruhi kualitas sperma
Mengganggu Lebah Madu
Bukan
hanya mengganggu kesehatan manusia ponsel ternyata bisa menyebabkan
penurunan tajam dari populasi lebah madu. Sebab sinyal dalam telepon
seluler menyebabkan radiasi pada koloni lebah. Para peneliti India yang
berasal dari University of Punjab telah melakukan sejumlah uji coba
dengan memasang satu dah dua sarang dengan dua ponsel. Ponsel tersebut
dinyalakan selama lima belas menit selama dua kali sehari. Sementara
sarang yang lainnya ditaruh ponsel mainan atau dummy. Setelah tiga
bulan, mereka menemukan bahwa jumlah lebah dalem sarang yang dilengkapi
dengan ponsel berkurang drastis. Lebah madu berperilaku aneh, ada
lebih sedikit telur, dan tidak menghasilkan madu. Perubahan perilaku
lebah serupa telah diamati di seluruh dunia dalam beberapa tahun
terakhir. Koloni dari lebah-lebah tersebut hanya meninggalkan sarang,
tidak pernah kembali. Fenomena ini dikenal sebagai koloni gangguan yang
menyebabkan keruntuhan. “8iasanya runtuhnya koloni sebelumnya
disebabkan oleh virus, parasit, pestisida, menggunakan tanaman rekayasa
genetik dan perubahan iklim,” kata para peneliti. “Laporan seperti
runtuhnya koloni di alam di negara-negara berkembang seperti India,
karena radiasi elektromagnetik (EMR) berbasis teknologi relatif baru
bahkan cenderung tidak ada. Namun, hal ini dimungkinkan bahwa EMR yang
berlaku di negara-negara maju memengaruhi populasi lebah di negara
tersebut, ujarnya menambahkan. “Kami beruntung bahwa lonceng peringatan
sudah berbunyi dan hal itu bagi kita dapat digunakan merencanakan
strategi yang tepat untuk menyelamatkan bukan hanya lebah, tetapi hidup
dari efek buruk tersebut,” ujar ilmuwan di India, menyimpulkan hasil
penelitian tersebut
Beberapa tips sederhana yang sangat membantu agar dapat mengurangi dampak bahaya radiasi ponsel bagi tubuh:
- Karena fungsi tubuh dan orag tubuh bayi dan anak belum sempurna sebaiknya jangan meaktifkan ponsel dekat bayi atau anak. Dampak kesehatan radiasi pionsel terhadap bayi dan anak lebijh besar dibandingkan pada orang dewasa.
- Jika memungkinkan sebaiknya menggunakan peralatan tambahan seperti misalnya headset ketika berbicara di telepon. Karena walaupun dengan menggunakan headset tidak 100 persen menghilangkan radiasi, tapi setidaknya mengurangi radiasi itu sendiri! Atau jika memungkinkan sebaiknya menggunakan fasilitas loudspeaker. Kemudian jika memilih untuk menggunakan headset maka usahkan agar ponsel jauh dari tubuh.
- Jika tidak memungkinkan menggunakan fasilitas loudspeaker atau tool bantuan seperti headset, maka sebaiknya mengurangi bicara di telepon dan sebaliknya lebih banyak mendengar. Ponsel yang digunakan tersebut umumnya akan memancarkan radiasi ketika digunakan untuk SMS atau ketika bicara. Tetapi tidak akan memancarkan radiasi jika cukup mendengarkan lawan bicara saja sewaktu digunakan untuk telepon!
- Sebisa mungkin jika masih bisa SMS, sebaiknya jangan telepon. Selain untuk ngirit pulsa, energi yang dibutuhkan untuk SMS lebih kecil jika digunakan untuk telepon.
- Terkadang bila berada ke daerah yang lemah sinyal, biasanya jika hp digunakan untuk menelpon maka sinyalnya akan lemah. Dalam keadaan sinyal lemah maka ponsel akan semakin kuat memancarkan radiasi untuk mencari sinyal lemah tersebut, Selain itu keadaan seperti ini juga menyebabkan baterai cepat kosong. Sehingga sebaiknya hindari penggunaan ponsel jika sinyalnya lemah.
- Terkadang karena alasan sayang dan ingin ponsel yang dimiliki tetep awet, maka sering menggunakan cashing tambahan atau pelindung tambahan. Jika menggunakan pelindung tambahan dan digunakan untuk telepon maka sinyal akan terperangkap dan handphine akan memancarkan radiasi yang lebih kuat untuk menemukan sinyal yang stabil. .
- Hindari penggunaan Ponsel dari anak-anak, karena perkembangan otak anak-anak yang belum sempurna dapat menyerap bahaya radiasi ponsel lebih cepat dan lebih banyak dari pada orang dewasa
0 komentar:
Posting Komentar