Kriminalitas di Sulut yang disebabkan pengaruh minuman
keras (Miras) sangat memprihatikan. Miras bahkan bisa masuk kategori
pembunuh nomor satu di Sulut, karena akibat Miras banyak nyawa melayang
sia-sia.
Meski data kriminalitas akibat mabuk di Polda Sulut menunjukkan tren
penurunan (Lihat grafis), kasus pembunuhan dan Lakalantas tetap berada
pada titik yang mengkhawatirkan.
Dampak buruk Miras juga terlihat dari masih banyaknya perkelahian antar
kampung, kekerasan dalam rumah tangga, aksi badola/bapajak serta aksi
kriminalitas lainnya yang secara otomatis membuat wisatawan tidak nyaman
serta mengganggu iklim pariwisata Sulut. Tak hanya itu, efek buruk
Miras merusak masa depan sejumlah putra Sulut yang sejatinya memiliki
potensi untuk menjadi aparat negara baik itu di kepolisian maupun TNI.
Dari data yang ada, sampai November 2012 ini ada beberapa kasus kriminal
karena Miras memperlihatkan tren yang meningkat. Akumulasi kasus
diperkirakan melonjak pada Desember dan awal Januari, karena di bulan
tersebut kasus kriminal rentan terjadi seiring dengan perayaan beberapa
hari raya besar.
Khusus untuk kasus pembunuhan, data yang ada meningkat 12,5% dari 2011,
yakni 8 kasus menjadi 9 kasus, dimana korban terakhir adalah wartawan
Koran Metro Aryono Linggotu (25) yang tewas mengenaskan setelah mendapat
14 tikaman dari anak baru gede (ABG) yang sedang terpengaruh Miras,
Minggu (25/11) dini hari, di ruas jalan Daan Mogot, Kelurahan Tikala.
Kasus pengancaman sendiri, sampai saat ini terjadi penurunan 1 kasus.
Tapi ini bukan berarti kasus tersebut turun, karena tahun ini belum
berakhir. Sedangkan kecelakaan lalulintas (Lakalantas) meningkat tajam
76%, dari 50 kasus menjadi 88 kasus.
Kapolda Sulut Brigjen Pol Dicky Atotoy saat ditemui kemarin siang
mengatakan, pihaknya akan lebih mengoptimalkan lagi program Brenti Jo
Bagate, patroli rayon dan razia senjata tajam (Sajam). “Razia saat ini
masih berat di Miras bukan Sajam. Tapi kita akan menyeimbangkan hal
tersebut,” tuturnya.
“Saya akan semakin memperbanyak patroli sampai di lorong-lorong kecil
dan menangkap serta menghukum berat orang yang membawa senjata tajam,”
sambung Atotoy Selasa (26/11) kemarin kepada sejumlah wartawan yang
menggelar aksi solidaritas damai di Mapolda Sulut.
Ia mengaku pihaknya kecolongan saat kasus pembunuhan ayah satu anak ini.
Saat itu patroli rayon sedang menangani kasus di Singkil. “Dari sore
patroli rayon terpusat di Singkil karena ada perkelahian sekelompok
masyarakat. Jadi tidak terkontrol di daerah Banjer dan Tikala,” akunya.
Atotoy juga meminta masyarakat untuk saling menjaga keamanan, sebab
stabilitas keamanan merupakan tanggungjawab seluruh elemen masyarakat.
“Terlebih jumlah polisi belum seimbang dengan wilayah kita. Jadi
diharapkan masyarakat juga ikut membantu. Terlebih orang tua yang harus
mengawasi anaknya,” harapnya.
Dalam aksi solidaritas wartawan di Polda Sulut kemarin, pihak kepolisian
dituntut untuk sangat serius menangani kasus yang disebabkan Miras.
“Polisi harus giat merazia Sajam, karena saat ini banyak ABG yang sering
membawa barang tersebut,” koar salah satu peserta aksi solidaritas.
Di tempat terpisah, menghindari kasus serupa seperti yang menimpa Aryono
‘Ryo’ Lingguto, wartawan Harian Metro Manado yang tewas dibunuh remaja
yang dalam keadaan mabuk, DPR Sulut mengungkapkan Perda No 18 Tahun 2000
tentang Penanggulangan Mabuk dan Peredaran Minuman Keras perlu
direvisi.
“Kami akan mengajukan konsepnya pada pihak terkait termasuk Polda, agar
benar-benar aturan ini memberi dampak pada menurunnya angka kriminalitas
di Sulut,” beber Ketua Badan Legislasi DPR Sulut, Dr Victor Mailangkay.
Ia menekankan perlu ada revisi terkait tempat penjualan dan sanksi yang
didapatkan. “Mengacu dari kasus yang baru terjadi, ini dipicu karena
minuman keras. Ini harus bisa diatasi dan sebagai anggota dewan kami
siap merevisi Perda Penanggulangan Mabuk,” tukasnya sembari mensupport
program Brenti Jo Bagate yang sedang digalakkan Polda. “Program tersebut
sangat bagus, tapi tentu harus mendapat dukungan dari semua pihak. Yang
bekerja bukan hanya polisi, tapi pemerintah, tokoh agama, masyarakat
dan pengusaha atau pihak swasta,” pungkasnya.
Sumber
Selasa, 27 November 2012
Miras Pembunuh Nomor 1 di Sulut
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar