Para peneliti dari University of
California menemukan bahwa laporan dari "hot spot" di televisi dapat
memprovokasi variasi keadaan mental dari penonton, dilaporkan Daily
Mail.
Secara khusus, para peneliti
mengklaim bahwa video kekerasan dalam berita memicu efek "trauma
kolektif" berkepanjangan dari masyarakat.
Penelitian
mensurvei lebih dari seribu orang di minggu-minggu sebelum dan sesudah
kejadian 11 September 2001 di New York dan perang di Irak pada tahun
2003. Para peneliti berasumsi bahwa paparan konten kekerasan di media
picu reaksi stres. Para peneliti menemukan bahwa orang yang menonton
program yang menyoroti serangan teroris dan perang, lebih dari 4 jam per
hari, lebih mungkin untuk memiliki gejala reaksi stres akut dan stress
pasca-traumatic disorder. Mereka juga memiliki kelainan fisik yang
lebih umum dalam kurung waktu 2-3 tahun.
"Hasil
penelitian menunjukkan bahwa paparan konten video mungkin merupakan
mekanisme penting untuk penyebaran penyakit mental kolektif. Temuan
kami sangat tepat waktu karena sekarang semua video dapat di jangkau
khalayak yang lebih luas melalui You Tube, jejaring sosial dan
penggunaan ponsel pintar " klaim ketua tim peneliti.
0 komentar:
Posting Komentar