TONDANO— Diduga kuat, lima pasangan calon yang sedang bertanding menjadi
orang nomor satu di tanah Toar Lumimuut adu 'lezat' memberikan Doi
Natal (Donat) ke pemilih. Bila ini benar terjadi tentu sangat
disayangkan menyusul bakal lahir di Minahasa: Bupati Donat.
Super ketatnya persaingan antar pasangan calon di Pilbup Minahasa memang
memunculkan fenomena yang tidak sehat bagi perkembangan demokrasi di
tanah Toar Lumimuut.
Informasi yang didapat koran ini, dari beberapa strategi yang disiapkan
masing-masing tim pasangan calon untuk memenangkan pertarungan, salah
satu yang jadi andalan adalah membungkus pemilih dengan Donat.
Rupa-rupa trik di antaranya memberi panjar Donat sejak H-10, sebelum
kemudian “dieksekusi” dengan tambahan ratusan ribu rupiah sehari sebelum
pemilihan. Ada juga trik mendata pemilih lawan, memberi mereka Donat
agar tidak pergi memilih.
Cara lain adalah memberi Donat kepada Panwas Kecamatan untuk tidur dan
tidak mengawasi berbagai bentuk serangan fajar, serta memberi Donat
kepada KPPS untuk membantu pasangan tertentu saat perhitungan suara.
Bocoran didapat, karena persaingan super ketat ada tim pasangan calon
yang disebut-sebut siap memberi Donat sebesar Rp1 juta untuk satu
pemilih. Ada juga strategi diakonia Natal dalam bentuk mentega, terigu,
gula dan minyak goreng ditambah uang Rp200 ribu.
Terkait dugaan praktek money politics, Ketua Panwas Minahasa Erwin
Sumampouw terkesan pasrah. Alasannya, praktek tersebut sulit untuk
dibuktikan. “Memang sulit. Meski begitu Panwas pekan ini akan membentuk
Panitia Pengawas Lapangan (PPL) dan tim relawan yang terdiri dari
mahasiswa dan masyarakat yang nantinya akan melakukan pengawasan di
lapangan,” ujarnya.
“Bukan itu saja, Panwas juga akan membuka online pengaduan dimana
masyarakat bisa langsung disampaikan jika ada temuan dan bukti kuat di
lapangan. Bagaimanapun peran serta masyarakat sangat diharapkan untuk
membantu mengawasi jalannya pemilihan bupati,” ujar Sumampouw.
Ditambahkannya, untuk bisa membuktikan money politics itu harus memenuhi
beberapa unsur, seperti siapa yang memberikan, ada tidaknya unsur
ajakan dan juga barang bukti.
Jika semuanya sudah ada, baru Panwas bisa memrosesnya dan memasukkannya
dalam formulir pelaporan. “Suasana Natal dimana banyak masyarakat
merayakan ibadah-ibadah mulai dari tingkat kolom, jemaat dan lain
sebagainya menambah sulit kinerja Panwas untuk membuktikan money
politics tersebut,” ujar Sumampouw. “Apalagi bila bantuan yang diberikan
itu dalam bentuk diakonia,” sambungnya.
Ketua KPU Minahasa Meidy Tinangon didampingi Dicky Paseki ketika
dihubungi wartawan koran ini terkait antisipasi money politics mengaku
tidak bisa berbicara lebih. “Itu ranah Panwas. KPU hanya mengatur
tahapan kampanye, pendistribusian logistik mulai dari kertas suara
sampai dengan kotak suara dan berbagai keperluan lainnya,” ujar
Tinangon.
Kapolres Minahasa AKBP Dra Henny Posumah kepada wartawan koran ini
mengungkapkan, untuk mengantisipasi berbagai kecurangan jelang
pemilihan, Polres mengerahkan kekuatan penuh yang terdiri dari aparat
Polres Minahasa, Poltabes Manado, Polres Minsel dan satuan Brimob.
”Bila ada kecurangan atau money politics, masyarakat bisa langsung
melapor ke Polres. Itu akan diteruskan ke Panwas untuk kemudian
dilanjutkan ke Sentra Pelayanan Terpadu (Gakumdu) dan diproses. Gakumdu
itu melibatkan Polres, Panwas dan Pengadilan,” tutup Posumah.
Sumber
Senin, 03 Desember 2012
Bupati Donat Minahasa
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar