Kotamobagu, - Akibat kelangkaan Bahan Bakar Minyak (BBM) yang telah melanda beberapa wilayah Sulut saat ini, mulai berdampak kriminal. Seperti peristiwa pengeroyokan terhadap Serpius Mokoginta, warga Desa Pontodon Kecamatan Kotamobagu Utara, Kamis (29/11) kemarin.
Penganiayaan yang menimpa Serpius
Mokoginta alias Awe (32), terjadi saat dirinya bermaksud pulang ke rumah
seusai menghadiri sebuah acara di desa tersebut, Kamis (29/11) dinihari
sekitar pukul 01.00 WITA. Akibat penganiayaan ini, Awe harus dilarikan
ke RSU Prof dr RD Kandou Manado, karena terkena tebasan parang di
beberapa bagian tubuhnya.
Luka paling parah diderita Awe terdapat di perut. Tampak luka menganga dan memanjang dari kiri ke kanan, hingga membuat ususnya terburai keluar. Di pipi kiri dan leher kanannya juga terdapat luka bacokan. Belum lagi di bagian punggung, juga terdapat luka-luka sayatan.
Informasi yang berhasil dikumpulkan menyebutkan, apes yang menimpa Awe diduga kuat dipicu oleh antrean bahan bakar minyak di SPBU Pontodon. Sebab sebelum kejadian, sekitar pukul 19.00 WITA (Rabu 28/11) sejumlah kendaraan roda empat sudah mengantre hendak mengisi BBM di satu-satunya SPBU yang ada di Kecamatan Kotamobagu Utara itu. Padahal pelayanan di SPBU belum juga dibuka, karena stok BBM sedang kosong dan menunggu pasokan dari Manado.
Di tengah antrean panjang itu, mendadak ada mobil dari arah bawah dan langsung berhenti tepat di depan pintu masuk SPBU. Pengantre yang berada di bawah mengira, pengendara yang berhenti itu hendak memotong jalur. Beberapa orang sontak keluar dari mobilnya dan sudah menghunus parang. Si pengendara yang baru berhenti tadi, sontak lari dengan kendaraannya begitu melihat ada bahaya mengancam dirinya.
Menurut beberapa warga sekitar SPBU, sejak itu ketegangan pun mulai muncul. Warga yang menolak nama mereka ditulis menuturkan, para pengantre yang sudah turun dari mobil mereka dan menggenggam parang, mulai mencegat warga yang melintas di situ.
Puncaknya, sekitar pukul 01.00 WITA itu. Beberapa warga Pontodon yang sedang nongkrong di salah satu rumah tak jauh dari SPBU, tiba-tiba dikejutkan oleh kedatangan Awe yang sudah bersimbah darah. Korban masuk ke dalam rumah sambil kedua tangannya memegang perut. Begitu kedua tangannya terlepas, sontak seluruh isi perutnya terburai disertai kucuran darah segar.
Rinto, kerabat korban, mengatakan, korban masih sempat berjalan kaki sekitar 15 meter dari tempat kejadian. “Saat itu, kami sedang berkumpul, lalu dia tiba-tiba dia (Awe, red) datang sambil memegang perut. Dia bilang, ‘mati kita... so basah kita,” ujarnya kepada Komentar.
Kehebohan pun langsung pecah dinihari itu. Beberapa warga spontan menolong korban dan langsung melarikan ke rumah sakit. Malah mereka langsung memutuskan, membawa Awe ke RSU Kandou di Manado.
Sementara itu, Wakapolres Bolmong Kompol Rustanto SIK SH mengatakan, pihaknya masih menyelidiki kasus tersebut. Pihaknya mencoba untuk memeriksa saksi-saksi yang kemungkinan mengetahui kejadian tersebut. Namun sejauh ini belum ada yang mau memberikan kesaksian.
“Kasus ini masih dalam penyelidikan. Kami mengimbau kepada warga yang berada dalam antrean dapat memberi kesaksian,” katanya seraya mengatakan pihaknya belum bisa mengidentifikasi pelaku penganiayaan tersebut.
Luka paling parah diderita Awe terdapat di perut. Tampak luka menganga dan memanjang dari kiri ke kanan, hingga membuat ususnya terburai keluar. Di pipi kiri dan leher kanannya juga terdapat luka bacokan. Belum lagi di bagian punggung, juga terdapat luka-luka sayatan.
Informasi yang berhasil dikumpulkan menyebutkan, apes yang menimpa Awe diduga kuat dipicu oleh antrean bahan bakar minyak di SPBU Pontodon. Sebab sebelum kejadian, sekitar pukul 19.00 WITA (Rabu 28/11) sejumlah kendaraan roda empat sudah mengantre hendak mengisi BBM di satu-satunya SPBU yang ada di Kecamatan Kotamobagu Utara itu. Padahal pelayanan di SPBU belum juga dibuka, karena stok BBM sedang kosong dan menunggu pasokan dari Manado.
Di tengah antrean panjang itu, mendadak ada mobil dari arah bawah dan langsung berhenti tepat di depan pintu masuk SPBU. Pengantre yang berada di bawah mengira, pengendara yang berhenti itu hendak memotong jalur. Beberapa orang sontak keluar dari mobilnya dan sudah menghunus parang. Si pengendara yang baru berhenti tadi, sontak lari dengan kendaraannya begitu melihat ada bahaya mengancam dirinya.
Menurut beberapa warga sekitar SPBU, sejak itu ketegangan pun mulai muncul. Warga yang menolak nama mereka ditulis menuturkan, para pengantre yang sudah turun dari mobil mereka dan menggenggam parang, mulai mencegat warga yang melintas di situ.
Puncaknya, sekitar pukul 01.00 WITA itu. Beberapa warga Pontodon yang sedang nongkrong di salah satu rumah tak jauh dari SPBU, tiba-tiba dikejutkan oleh kedatangan Awe yang sudah bersimbah darah. Korban masuk ke dalam rumah sambil kedua tangannya memegang perut. Begitu kedua tangannya terlepas, sontak seluruh isi perutnya terburai disertai kucuran darah segar.
Rinto, kerabat korban, mengatakan, korban masih sempat berjalan kaki sekitar 15 meter dari tempat kejadian. “Saat itu, kami sedang berkumpul, lalu dia tiba-tiba dia (Awe, red) datang sambil memegang perut. Dia bilang, ‘mati kita... so basah kita,” ujarnya kepada Komentar.
Kehebohan pun langsung pecah dinihari itu. Beberapa warga spontan menolong korban dan langsung melarikan ke rumah sakit. Malah mereka langsung memutuskan, membawa Awe ke RSU Kandou di Manado.
Sementara itu, Wakapolres Bolmong Kompol Rustanto SIK SH mengatakan, pihaknya masih menyelidiki kasus tersebut. Pihaknya mencoba untuk memeriksa saksi-saksi yang kemungkinan mengetahui kejadian tersebut. Namun sejauh ini belum ada yang mau memberikan kesaksian.
“Kasus ini masih dalam penyelidikan. Kami mengimbau kepada warga yang berada dalam antrean dapat memberi kesaksian,” katanya seraya mengatakan pihaknya belum bisa mengidentifikasi pelaku penganiayaan tersebut.
0 komentar:
Posting Komentar