Beberapa peranan media akhir-akhir ini sangat memprihatinkan, utamanya
media yang 'dikuasai' oleh beberapa pemilik yang sedang sibuk dengan
jualan politiknya. Mungkin bagi sebagian orang hal ini adalah lumrah dan
di anggap biasa ketika media di arahkan sesuai dengan pemilik media
tersebut.
Akan tetapi jika kelumrahan ini di anggap biasa maka hal ini akan
merusak iklim demokrasi bangsa ini, karena media adalah salah satu
bagian dari demokrasi. Suatu demokrasi akan berjalan dengan imbang dan
adil karena adanya peranan media yang berada pada posisi netral.
Namun dalam kondisi terakhir ini justru yang kita lihat adalah media
sudah menjadi alat propaganda kepentingan politik pemilik media
tersebut, kondisi ini bisa kita saksikan di beberapa stasiun televisi
swasta yang kepemilikan groupnya di kuasai oleh salah seorang yang
secara kebetulan ia adalah salah satu dari dewan pakar partai politik,
maupun secara kebetulan ia adalah ketua umum atau ketua dewan pembina
partai politik.
Sesuatu yang sangat mencolok adalah di beberapa televisi yang berada
dalam satu group perusahaan, yang setiap waktu mengiklankan partainya
bahkan dalam setiap beritanyapun senantiasa menyisipkan berita tentang
parpolnya tersebut. Sampai-sampai saya sendiri menjadi 'eneg' dengan
berita dan materi iklan yang sudah tidak seimbang ini.
Jika kondisi hal ini di biarkan maka jangan berharap kita akan
memperoleh keseimbangan pemberitaan dan jangan diharapkan akan
menghadirkan peranan 'pers' yang lebih adil dan seimbang, Disamping itu
pula kitapun kelak akan menyaksikan media bukan lagi sebagai alat
kontrol terhadap peranan dan kebijakan partai politik atau alat kontrol
bagi kebijakan publik yang merugikan rakyat, justru kita akan disuguhkan
dengan peranan media sebagai alat katrol bagi popularitas sebuah partai
politik tersebut.
Untuk itulah jika hal ini tidak segera di ambil 'tindakan' melalui
pengetatan kebijakan penyiaran dan pemberitaan yang disampaikan pihak
PWI atau lembaga yang berwenang maka kita akan menyaksikan keberpihakan
media yang semakin menjadi-jadi dan pada akhirnya kita akan menyaksikan
segmentasi tayangan dan pemberitaan yang terkotak-kotak, kitapun kelak
akan menyaksikan TV A maka penontonya adalah partai politik A dan
seterusnya.
Jadi sebelum terlambat saatnya media dikembalikan fungsinya menjadi alat kontrol bukan sebagai alat katrol.
(http://gandenku.blogspot.com/2012/11/ketika-media-sudah-berpihak.html)
Related Articel:
Politik
- Ruhut: Diisi Pengkhianat, Nasdem Bakal 'Nyungsep'
- Surya: Terserah JK, Mau atau Tidak Digaet NasDem
- Surya Paloh: Ini Salah-salah Bisa Disebut Haus Jabatan
- Surya Paloh: Hary Keluar, NasDem Jangan-jangan Lebih Hebat
- Partai Politik Lokal Minahasa
- JK: Indonesia Siap Dipimpin Presiden Non-Jawa
- PAN, GOLKAR, PKPB INCAR MARON
- Mengapa Roy Suryo Menjadi Menpora?
- Nomor Urut Parpol Peserta Pemilu 2014
- Demokrat: Harus Putra-Putri Asli Mitra
- Rizal Mallarangeng: KPK Sudah di Jalan yang Benar
- Presiden: Tak Ada Perombakan Kabinet
- Sumendap Harus Kerja Keras, Incumbent Masih Terkuat
- CNR-DJT Belum Menyerah
- THL Didorong untuk Mitra 1
- Siti Hartati Murdaya Menyetujui Adanya Pemberian Rp 1Miliar Untuk Bupati Amran Batalipu
- Demokrat Bukan 'SBY Fans Club'
- Terkuak Semua Lewat Rekaman Pembicaraan Mantan DPP Demokrat Hartati Murdaya
- Ruhut: Anas Tersangka, Aku Lengserkan 'Badut-badut' Itu!
- Mendagri: 70 Persen Pemekaran Daerah Gagal
- Angie Menyesal Masuk Politik
- DPP Demokrat Akui Ruhut Ganggu Soliditas Internal
- Di Tombatu Utara, Tak Terdaftar Dinyatakan Lulus
- Mega Puji Olly-SHS
- JWS-IvanSa Juara Pilkada Minahasa
0 komentar:
Posting Komentar