Sabtu, 01 Desember 2012

Korban minta dikasihani, pelaku terus lakukan penikaman bertubi-tubi - Tersangka Pembunuh Ryo, Berdarah Dingin

JK alias Jimmy tersangka pembunuh (kiri) Aryono ‘Ryo’ Linggotu semasa hidup (kanan). Inset: Barang bukti pisau yang digunakan tersangka.


Manado, KOMENTAR - JK alias Jimmy (17) yang menjadi salah satu tersangka pembunuhan terhadap Aryono ‘Ryo’ Linggotu (26), wartawan Harian Metro pada Minggu dinihari pukul 05.00 WITA di Jalan Daan Mogot 4, Tikala Baru, ditengarai berdarah dingin. Pasalnya, selain 14 tikaman yang dilayangkan terhadap tubuh korban, tersangka ternyata tidak menghentikan aksinya meski korban sudah berkali-kali meminta dikasihani.
Ikhwal ceritanya berawal ketika Ryo (26), warga Banjer Lingkungan I, Manado, bersama rekannya Muhammad Rais (Ego) hendak membeli nasi kuning. Dengan menggunakan sepeda motor, Ryo dan Ego menuju ke Jalan Daan Mogot IV.
Tiba-tiba di jalan mereka bertemu dengan sejumlah pemuda. Menurut informasi, ada lima pemuda yang menghampiri mereka, masing-masing JK alias Jimmy, O alias Oton, DL alias David, VM alias Valdo dan EN alias Emon. Mereka kemudian mendekati korban yang kebetulan mesin sepeda motornya agak bermasalah.
Melihat gelagat yang tidak baik, Ego yang berboncengan dengan Ryo memilih kabur. Namun Ryo tetap di atas motor sambil menelepon. Mereka sempat bertanya kepada Ryo, apakah mereka warga Banjer? “Dorang tanya kalau torang orang Banjer, tapi Ryo bilang bukan. Pelaku saya lihat ambil pisau, sehingga saya langsung lari bermaksud meminta pertolongan,” ujar Ego yang melihat dari jauh Ryo sudah tersungkur dan dikelilingi pemuda-pemuda tersebut.
Sementara tersangka pelaku bernama JK alias Jimmy mengaku, malam sebelum kejadian itu, dia bersama beberapa rekannya berada di rumah duka, tiba-tiba dilempar oleh orang tak dikenal. Mereka kemudian keluar dan mencari siapa pelakunya. Saat itu mereka melihat ada sepeda motor mogok. “So dekat motor, kita batanya kalo dorang (korban) orang Banjer, tapi korban jawab ‘kita bukan orang Banjer kasiang’. Saya balik mengatakan ‘nda usah badusta ngoni’. Setelah itu saya cabut pisau, tapi belum dikeluarkan dari sarung, tapi saat itu teman yang dia (korban) bonceng lari,” kata pelaku sebagaimana laporan BAP.
Melihat teman Ryo (korban) melarikan diri, tersangka pelaku mengeluarkan pisau dari dalam sarung dan langsung menikam ke arah dada korban. “Waktu kita tikam di dada, dia (korban) berteriak ‘adoh kasiang’ dan saya menikam lagi ke arah tangan dan korban kembali berteriak ‘adoh kasiang’. Selanjutnya saya terus menikam ke arah dada sebanyak kira-kira sepuluh kali, sehingga dia (korban) jatuh dari motor,” tukas Jimmy, tersangka pelaku yang masih berusia 17 tahun ini.
Melihat korban jatuh dengan kondisi tertelungkup di aspal, ternyata tak menyurutkan niat pelaku untuk menghentikan aksinya. Pasalnya, pelaku masih berputar ke belakang korban dan kembali menancapkan satu tikaman lagi. “Saya berputar ke belakang terus tikam sekali lagi, setelah itu teman saya bernama Valdo menarik saya dan berkata ‘Jim so boleh jo’,” aku pelaku seraya menambahkan, usai menikam korban, dia langsung masuk lorong di lokasi kejadian dan berpisah dengan temannya.
Tersangka pelaku saat ditanyai petugas polisi apakah tidak kasihan bahwa korban telah beberapa kali meminta dikasihani, tidak menjawab. Dengan mimik muka yang dingin, dia hanya terdiam. Hingga berita ini diturunkan kemarin, informasi yang diperoleh, ketiga teman pelaku yang diringkus sore kemarin, masih berstatus saksi. Kapolresta Manado, Kombes Polisi Amran Ampulembang, membenarkan adanya peristiwa tersebut. “Pelakunya sudah diamankan dan sedang diperiksa intensif,” pungkasnya.
Aksi pembunuhan sadis ini mengundang keprihatinan banyak kalangan. Tak terkecuali Gubernur Sulut Dr SH Sarundajang.  Gubernur Sarundajang melalui Staf Khusus Bidang Komunikasi publik Michael Umbas, menyatakan ungkapan belasungkawa yang sedalam-dalamnya kepada keluarga korban.
“Tadi pagi saya langsung menerima info ini. Ini cukup memilukan karena dilakukan secara brutal kepada seorang jurnalis. Saya menyampaikan ungkapan belasungkawa kepada korban. Selaku gubernur saya meminta aparat penegak hukum agar mengusut tuntas kasus ini. Penegakan hukum yang maksimal mutlak dilakukan bukan saja karena korban adalah jurnalis, tapi sebagai langkah menimbulkan efek jera untuk mereduksi aksi kriminal berikutnya,” tukas SHS.
“Imbauan saya kepada masyarakat agar siskamling betul-betul dijalankan. Kepada jajaran pemerintah Kota Manado, ini jadi salah satu bahan evaluasi untuk kamtibmas dari sekian banyak peristiwa kriminal yang terjadi,” pungkas gubernur.

Sumber

Related Articel:

0 komentar:

Posting Komentar