Jumat, 07 Desember 2012

Sejarah Gereja Masehi Injili di Minahasa(GMIM)

GMIM
The Christian Evangelical Church in Minahasa - Gereja Masehi Injili di Minahasa disingkat GMIM merupakan salah satu gereja terbesar di Indonesia yang beraliran Calvinisme. GMIM didirikan di Minahasa, Sulawesi Utara pada tahun 1934 setelah dipisahkan dari Gereja induknya, Indische Kerk. Pada tanggal 30 september 1943 GMIM dinyatakan sebagai Gereja mandiri. Tanggal ini diperingati sebagai hari jadi GMIM.

Di Leiden (Belanda) memang tepat sekali tempatnya untuk menggali dan menimba informasi/data sejarah Indonesia dan sejarah gereja di Indonesia dan lebih khusus lagi mendalami dan menimba data komposisi unsur sejarah gereja GMIM.

Konon kabarnya, di sana memang gudang lengkapnya info tentang tanah Toar-Lumimuut. Jadi untung sekali jika Pak Dekan Sastra Unsrat boleh berkesempatan menikmati literaturnya.

Apa yang nanti saya sentil berikut ini (tentang permulaan injil di Minahasa), pengetahuannya hanyalah bersumber pada sekelumit cuplikan terjemahan dan saduran tulisan dari sana.

Sebelum melanjutkan polemik ini sedikit hendak mengingatkan sifat mercusuar yang menjangkau jauh ke lepas pantai tetapi tidak sempat mengenyam (menerangi/membaca) di sekitar menaranya yang terdekat.

Perlu kita membuka kembali ataupun mencermati lagi secara saksama dengan membaca literatur produk GMIM atau penulis-penulis sebelumnya yaitu bagaimana injil dan gereja Tuhan dalam kekuatan-Nya, yaitu kekuatan Injil sendiri menyejarah di tanah Toar-Lumimuut yang umumnya pada waktu itu masyarakatnya bermukin tidak dekat pantai.

Bukan umpamanya di Kota Manado yang pada waktu itu memang sudah ada gereja yang bagus tentunya dan diprotek dengan kekuatan meriam compeni. Bila kita bersifat bagai lampu pijar saja, atau tidak “sepihak” maka akan menjadi lebih objektif dan menarik bagaimana warga GMIM yang bertebaran termasuk di sekitar dan di dalam Unsrat mau memahami event-event dengan nilai-nilainya serta memformulasikan peristiwa real ini sedemikian rupa sehingga terproduk sebagai sejarahnya.

Gereja terbesar ke dua di Indonesia dengan populasi jemaat hampir 900.000 jiwa, Bermula dari hampir 100 orang. Kemudian melewati 177 tahun menjadi hampir sembilan ratus ribu jiwa.

Data tahun 2005 GMIM mempunyai sekitar 900 pendeta, 65% di antaranya adalah perempuan, yang melayani 818 gereja lokal, yang dibagi ke dalam 85 wilayah, dengan sekitar 1.000.000 anggota.

Perubahan-perubahan yang signifikan pada masyarakat Minahasa ini sebelumnya tidak terlihat walaupun mungkin ada. Dan dalam kenyataannya tidak semua peristiwa menjadi sejarah suatu masyarakat atau kelompok masyarakat tertentu.

Dalam sejarah, GMIM menyadari ini dan GMIM merekam peristiwa-peristiwa pra 1831 namun tidak semuanya signifikan sebagai komposisi yang ditetapkan dalam sejarah gerejanya anak-cucu Toaar-Lumimuut pada waku itu. (Sekarang GMIM memang bukan gereja suku lagi).

Kekristenan mulai diperkenalkan di tanah Minahasa oleh dua misionaris Jerman yang dididik di Belanda, yaitu Johann Friedrich Riedel dan Johann Gottlieb Schwarz. Pada tanggal 12 Juni 1831, mereka tiba di daerah ini untuk memberitakan Injil. Tanggal ini diperingati oleh GMIM sebagai Hari Pekabaran Injil dan Pendidikan kristen di Tanah Minahasa.

Mengapa Riedel tidak memulai pelayananya di Kema tempat ia pertama kali memijakkan kakinya di buminya Toar-Lumimuut ? Atau mengapa ia hanya melewti Manado yang sekali lagi sudah ada gereja dengan keadaan yang pasti terjamin keamanannya oleh kompeni Belanda sebagai sesama orang Eropa. Bahkan ia hanya melewati Tanawangko sebelum menanjakkan perjalanan ke tempat tujuannya Tondano dan Langoan.

Di Tanawangko sebenarnya beberapa tahun sebelumnya pernah tinggal seniornya yaitu Josef Kam yang dijuliki sebagai Rasul Maluku, beliau terdampar karena kerusakan kapal dan sempat melayani, dasar pelayanan ini kemudian Kam meminta bantuan dari NZG di Belanda untuk dida-tangkannya rombongan Riedel dan Schwarz.

Mungkin bila kita mencermati dan lebih mendalami peristiwa di sekitar Riedel dan Scharwz akan lebih menolong memahami mengapa 12 Juni bukan juga waktu Josef Kam melayani di Tanawangko sebelumnya. Wahai warga GMIM marilah kita mengenal diri kita lagi.

Alasan GMIM menetapkan 12 Juni sebagai hari injil dan Pendidikan masuk Minahasa dapat dilihat dari aspek representatif masyarakat anak-cucu Toar-Lumimuut dan aspek continuitas injilnya atau gerejanya.



Related Articel:

0 komentar:

Posting Komentar