Selasa, 27 November 2012

Miras Pembunuh Nomor 1 di Sulut

Kriminalitas di Sulut yang disebabkan pengaruh minuman keras (Miras) sangat memprihatikan. Miras bahkan bisa masuk kategori pembunuh nomor satu di Sulut, karena akibat Miras banyak nyawa melayang sia-sia.

Meski data kriminalitas akibat mabuk di Polda Sulut menunjukkan tren penurunan (Lihat grafis), kasus pembunuhan dan Lakalantas tetap berada pada titik yang mengkhawatirkan.

Dampak buruk Miras juga terlihat dari masih banyaknya perkelahian antar kampung, kekerasan dalam rumah tangga, aksi badola/bapajak serta aksi kriminalitas lainnya yang secara otomatis membuat wisatawan tidak nyaman serta mengganggu iklim pariwisata Sulut. Tak hanya itu, efek buruk Miras merusak masa depan sejumlah putra Sulut yang sejatinya memiliki potensi untuk menjadi aparat negara baik itu di kepolisian maupun TNI.

Dari data yang ada, sampai November 2012 ini ada beberapa kasus kriminal karena Miras memperlihatkan tren yang meningkat. Akumulasi kasus diperkirakan melonjak pada Desember dan awal Januari, karena di bulan tersebut kasus kriminal rentan terjadi seiring dengan perayaan beberapa hari raya besar.

Khusus untuk kasus pembunuhan, data yang ada meningkat 12,5% dari 2011, yakni 8 kasus menjadi 9 kasus, dimana korban terakhir adalah wartawan Koran Metro Aryono Linggotu (25) yang tewas mengenaskan setelah mendapat 14 tikaman dari anak baru gede (ABG) yang sedang terpengaruh Miras, Minggu (25/11) dini hari, di ruas jalan Daan Mogot, Kelurahan Tikala.

Kasus pengancaman sendiri, sampai saat ini terjadi penurunan 1 kasus. Tapi ini bukan berarti kasus tersebut turun, karena tahun ini belum berakhir. Sedangkan kecelakaan lalulintas (Lakalantas) meningkat tajam 76%, dari 50 kasus menjadi 88 kasus.

Kapolda Sulut Brigjen Pol Dicky Atotoy saat ditemui kemarin siang mengatakan, pihaknya akan lebih mengoptimalkan lagi program Brenti Jo Bagate, patroli rayon dan razia senjata tajam (Sajam). “Razia saat ini masih berat di Miras bukan Sajam. Tapi kita akan menyeimbangkan hal tersebut,” tuturnya.

“Saya akan semakin memperbanyak patroli sampai di lorong-lorong kecil dan menangkap serta menghukum berat orang yang membawa senjata tajam,” sambung Atotoy Selasa (26/11) kemarin kepada sejumlah wartawan yang menggelar aksi solidaritas damai di Mapolda Sulut.

Ia mengaku pihaknya kecolongan saat kasus pembunuhan ayah satu anak ini. Saat itu patroli rayon sedang menangani kasus di Singkil. “Dari sore patroli rayon terpusat di Singkil karena ada perkelahian sekelompok masyarakat. Jadi tidak terkontrol di daerah Banjer dan Tikala,” akunya.

Atotoy juga meminta masyarakat untuk saling menjaga keamanan, sebab stabilitas keamanan merupakan tanggungjawab seluruh elemen masyarakat. “Terlebih jumlah polisi belum seimbang dengan wilayah kita. Jadi diharapkan masyarakat juga ikut membantu. Terlebih orang tua yang harus mengawasi anaknya,” harapnya.

Dalam aksi solidaritas wartawan di Polda Sulut kemarin, pihak kepolisian dituntut untuk sangat serius menangani kasus yang disebabkan Miras. “Polisi harus giat merazia Sajam, karena saat ini banyak ABG yang sering membawa barang tersebut,” koar salah satu peserta aksi solidaritas.

Di tempat terpisah, menghindari kasus serupa seperti yang menimpa Aryono ‘Ryo’ Lingguto, wartawan Harian Metro Manado yang tewas dibunuh remaja yang dalam keadaan mabuk, DPR Sulut mengungkapkan Perda No 18 Tahun 2000 tentang Penanggulangan Mabuk dan Peredaran Minuman Keras perlu direvisi.

“Kami akan mengajukan konsepnya pada pihak terkait termasuk Polda, agar benar-benar aturan ini memberi dampak pada menurunnya angka kriminalitas di Sulut,” beber Ketua Badan Legislasi DPR Sulut, Dr Victor Mailangkay.

Ia menekankan perlu ada revisi terkait tempat penjualan dan sanksi yang didapatkan. “Mengacu dari kasus yang baru terjadi, ini dipicu karena minuman keras. Ini harus bisa diatasi dan sebagai anggota dewan kami siap merevisi Perda Penanggulangan Mabuk,” tukasnya sembari mensupport program Brenti Jo Bagate yang sedang digalakkan Polda. “Program tersebut sangat bagus, tapi tentu harus mendapat dukungan dari semua pihak. Yang bekerja bukan hanya polisi, tapi pemerintah, tokoh agama, masyarakat dan pengusaha atau pihak swasta,” pungkasnya.

Sumber

Related Articel:

0 komentar:

Posting Komentar